The Midnight Library: When a book provides you another life

Pertama kalinya saya menceritakan pengalaman saya terhadap sebuah buku fiksi melalui blog. Oke, Saya akan mencoba untuk tidak terlalu memberi spoiler disini.


Judul buku              
: The Midnight Library
Penulis                      : Matt Haig
Alih bahasa              : Dharmawati
Editor                        : Dian Anggraeni
Desain sampul        : Martin Dima
Penerbit                    : Gramedia Pustaka Utama
ISBN                          : 978-602-06-4933-7

Edisi digital, 2021
368 halaman
Baca di Gramedia Digital


Buku yang ditulis oleh Matt Haig ini menjadi buku fiksi terbaik dalam Goodreads 2020, dan menjadi rekomendasi buku yang wajib dibaca. Berikut sinopsis dari bukunya.

"Nora, a thirty-something woman who is regretful about her life and feels alienated and unneeded in this world. In the depths of her wallowing, she comes across the Midnight Library. In it, each book represents a portal into another variation of what her life could have been." 

Sinopsis yang berhasil bikin penasaran

Dari sinopsis membuat saya mengira-ngira pembawaan ceritanya akan imajinatif namun berbau self-help. Itu membuat saya semakin tertarik untuk membaca buku ini, selain mendengar review positif dari goodreads dan book influencer di instagram. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli bukunya yang versi bahasa inggris.

Cerita mengenai life crisis
Diawali dengan menceritakan seorang Nora yang merasa salah dengan pilihan hidupnya. Apapun yang dipilihnya selalu berujung kesalahan, sehingga Nora merasa tidak pantas untuk melanjutkan hidupnya lagi.

Diambang hidup dan mati, Nora dibawa pada sebuah perpustakaan di tengah malam. Di sana Nora dihadapkan dengan berbagai buku yang bisa memberi kesempatan untuk mencoba kehidupan yang lain. Melalui buku-buku di perpustakaan ini Nora mencoba mengenal dirinya kembali.

Kesan setelah mengikuti perjalanan Nora
Saya merasa Nora termasuk manusia beruntung bisa mencoba seluruh kemungkinan hidup tanpa 'menggunakan waktu di dunia aslinya'. Andai itu nyata, mungkin semua orang akan mencoba hal yang serupa. A
pakah kehidupan akan lebih baik jika memilih ini? Apakah keputusan yang saat ini kita pilih tenyata adalah pilihan terburuk? Kita semua pasti pernah merasakan fase ini. 

Nora mencoba setiap versi hidupnya, ternyata menemukan tantangan yang berbeda setiap kali berpindah kehidupan. Perjalanan Nora dari buku ke buku memberi sebuah pelajaran tentang mensyukuri hidup apapun versi kehidupan kita. Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya, pilihan kanan maupun kiri keduanya sama-sama berarti baik dan buruk. Pada akhirnya yang hanya kita bisa lakukan sebagai seorang manusia adalah menghadapi, menjalani, dan bersyukur terhadap hidup. Banyak hal-hal dari buku ini yang bisa membuat kita berkontemplasi mengenai hidup.

Selama menghabiskan buku ini saya menemukan banyak istilah baru, mulai dari budaya, saintifik, hingga filosofis, lumayan membuat panas otak. Jadi perlu didampingi kamus atau mbah Google. Jempol untuk Matt Haig bisa membangun cerita dengan istilah-istilah rumit.

Matt Haig membagi cerita The Midnight Library kedalam beberapa bab. Pada setiap bab terdapat momen yang menarik, ada pula yang sangat membosankan. Saya sendiri ketika membaca ada yang bisa cepat, ada pula yang perlu dibaca berulang kali.

Momen yang saya suka dari buku ini ketika Nora berada di dalam buku yang membuat ia merasa ingin hidup, bahkan tidak ingin meninggalkan buku itu. Saya sendiri bisa merasakan keindahan hidup yang dirasakan Nora dalam buku itu. Saya merasakan juga kesedihan Nora ketika ia harus melepas buku itu dan berpindah lagi.

Pembawaan cerita masih sesuai mengira-ngira diawal. Imajinatif dan self-help, karena banyak sekali kalimat-kalimat yang bisa dijadikan quote sebagai pengingat sehari-hariWalau banyak istilah rumit, tetapi The Midnight Library masih termasuk bacaan ringan dan cocok dibaca untuk bersantai.


Penulis

~Dzmsy

Comments

Popular Posts